Showing posts with label almadhoun. Show all posts
Showing posts with label almadhoun. Show all posts

Monday 22 May 2023

Translasi Puisi-Puisi Almadhoun



Perempuan

Kau;
yang menjejaki
anggur sampai jadi wine
dengan telanjang kaki
semenjak sejarah bermula
yang terkunci di Sabuk Suci
di Eropa
yang dibakar sampai mati
di Abad Pertengahan
yang menulis novel
di bawah nama samaran lelaki
hanya agar bisa dipublikasikan
yang memanen teh
di Sri Langka
yang membangun ulang
Berlin pascaperang
yang menumbuhkan kapas
di Mesir
yang melumuri tubuhnya
dengan kotoran
demi hindari pemerkosaan
tentara Prancis yang bengis
di Algeria
perempuan perawan
di Kuba
yang melinting cerutu
di atas paha mereka
bagian gerilyawan Black Diamond
di Liberia
penari samba
di Brasil
perempuan yang wajahnya
dihancurkan
racun asam
di Afghanistan...

Ibuku…
Maafkan aku.

-

Kami

Kami, yang berserakan dalam potongan-potongan, yang dagingnya terbang di udara seperti tetesan hujan, menawarkan permintaan maaf kami yang mendalam kepada semua orang di dunia yang beradab ini, laki-laki, perempuan, dan anak-anak, karena kami secara tak sengaja muncul di rumah-damai mereka tanpa meminta izin.

Kami mohon maaf karena telah memasukkan bagian tubuh kami yang tercerai-berai ke dalam ingatan mereka yang seputih salju, karena kami telah menodai citra manusia yang normal dan utuh di mata mereka, karena kami memiliki ketidaksopanan untuk melompat tiba-tiba ke buletin berita dan halaman-halaman majalah, internet dan pers, bertelanjang, dengan darah dan sisa-sisa hangusnya tubuh kami.

Kami meminta maaf kepada semua orang yang tak memiliki keberanian untuk melihat langsung luka-luka kami, karena takut mereka akan terlalu merasa ngeri, dan kepada mereka yang tak dapat menyelesaikan makan malam mereka setelah mereka secara tak terduga melihat gambar-gambar segar kami di televisi.

Kami mohon maaf atas penderitaan yang kami sebabkan kepada semua orang yang melihat kami seperti itu, apa adanya tanpa hiasan, tanpa ada upaya yang dilakukan untuk menyatukan kami kembali atau menyatukan kembali jenazah kami sebelum kami muncul di layar mereka.

Kami juga meminta maaf kepada tentara Israel yang harus bersusah payah untuk menekan tombol tembak di pesawat dan tank mereka untuk meledakkan kami, dan kami meminta maaf atas betapa mengerikannya penampilan kami setelah mereka mengarahkan peluru dan bom mereka langsung ke kepala kami yang lunak, dan untuk waktu-waktu yang kini akan mereka habiskan di klinik psikiatri, mencoba menjadi manusia lagi, seperti sebelum kami berubah menjadi bagian-bagian tubuh menjijikkan yang mengejar mereka setiap kali mereka mencoba untuk tertidur lelap.

Kami adalah apa yang telah kalian lihat di layar dan di media, dan jika kalian berusaha menyatukan potongan-potongan itu, seperti puzzle, kalian akan mendapatkan gambaran yang jelas tentang kami, sangat jelas sampai kalian merasa tak akan bisa melakukan apa-apa lagi.

-

Pembantaian

Pembantaian adalah metafora mati yang memakan teman-temanku, memakan mereka tanpa garam. Mereka adalah penyair dan telah menjadi Reporters With Borders; mereka sudah lelah dan sekarang mereka bahkan jauh lebih lelah. 'Mereka menyeberangi jembatan saat fajar menyingsing hari' dan mati tanpa jangkauan telepon sama sekali. Aku melihat mereka melalui kacamata malam dan mengikuti panas tubuh mereka dalam kegelapan; di sanalah mereka, melarikan diri darinya bahkan ketika mereka berlari ke arahnya, menyerah pada pijatan besar ini. Pembantaian adalah ibu mereka yang sebenarnya, sedang genosida tak lebih dari sebuah puisi klasik yang ditulis oleh para intelektual pensiunan jenderal. Genosida tak pantas untuk teman-temanku, karena ini adalah tindakan kolektif yang terorganisir dan tindakan kolektif yang terorganisir mengingatkan mereka pada Sayap Kiri yang mengecewakan mereka.

Pembantaian bangun pagi, memandikan teman-temanku dengan air dingin dan darah, mencuci pakaian dalam mereka dan membuatkan roti dan teh, lalu mengajari mereka sedikit tentang berburu. Pembantaian lebih berbelas kasih kepada teman-temanku ketimbang Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Pembantaian membuka pintu bagi mereka ketika pintu lain ditutup, dan memanggil mereka dengan nama-nama mereka ketika laporan berita hanya mencari angka-angka. Pembantaian adalah satu-satunya yang memberi mereka suaka terlepas dari latar belakang mereka; keadaan ekonomi mereka tak mengganggu Pembantaian, Pembantaian juga tak peduli apakah mereka intelektual atau penyair, Pembantaian melihat hal-hal dari sudut pandang yang netral; Pembantaian memiliki ciri-ciri kematian yang sama dengan mereka, nama yang sama dengan istri janda mereka, seperti mereka melalui pedesaan dan pinggiran kota dan muncul tiba-tiba seperti mereka dalam berita utama. Pembantaian menyerupai teman-temanku, tetapi selalu datang sebelum teman-temanku di desa-desa yang jauh dan sekolah-sekolah anak.

Pembantaian adalah metafora mati yang keluar dari televisi dan memakan teman-temanku tanpa sedikit pun garam.

-

Untuk Damaskus

Ini membunuhku, musim panas ini
yang merembes
melalui retakan Damaskus, aku merangkak seperti karat
di pintu penjara yang berubah
menjadi sebuah museum ini. Ini aku, yang duduk
takut dan malu di kafe pada hari-hari ketika uang
begitu langka, dan tertawa sekeras-kerasnya
pada hari-hari ketika kantongku terisi paripurna. Damaskus
adalah rumahku yang retak, dan
Kasyon adalah apa yang kuratapi. Aku sebarkan
di malam hari seperti klakson mobil
dan gerobak kacang yang besar, aku dikenal
orang asing dan turis. Aku tak memiliki pagar, setiap
kebahagiaan yang telah mengkhianati wajahku
kembali meminta maaf dari tawaku. Aku
adalah campuran aneh yang berkuasa
di langit orang miskin dan pakaian
di jendela di depan toko. Tubuhku adalah
ladang gandum yang terbakar, lidahku mencaci
seperti sepatu. Petugas polisi, guru,
dan pria misterius itu menatapku, maka aku
dengan sedih tertawa, dan mereka
dengan riangnya menangis. Damaskus
adalah milikku, dan aku tak akan
mengizinkan siapa pun
untuk membagi tempat tidurku, selain
kepada mereka yang jahat
dan para pelacur. Aku adalah tangga
yang menurun
ke lubang yang didirikan tinggi, dan
jejak pencuri di atas pasir. Tubuhku
adalah hotel bagi mereka yang pergi.
Kata-kataku adalah Injil kecil
yang hilang oleh para nabi, maka mereka
yang sesat mengadopsi.
Karena itu aku akan
membuang remah-remahnya
pada burung kawat berduri, dan aku akan
mengebiri kejayaan pada aspal. Inilah yang
mereka ajarkan kepada kami
di sekolah umum, maka
mereka melepaskan kami seperti kelinci
untuk mengunyah rumput dari penyerahan.
Aku berkata kepadamu bahwa aku tak akan
izinkan siapa pun menyelinap masuk
dan melihat Damaskus sebagai
seorang perempuan
yang mandi sendiri, payudara
kecilnya terbuka dengan malu, aku tak akan membiarkanmu ...
masuk.

-

Ode untuk Kedukaan

Kami mencintaimu, Eropa, kau benua tua. Aku tak tahu mengapa mereka menyebutmu tua pedahal kau masihlah muda dibandingkan dengan Mesir dan Mesopotamia.

Kami mencintaimu, Eropa, dan membayar pajak-pajakmu seperti yang dilakukan orang kulit putih, dan tahan dengan suasana hatimu yang berubah-ubah, yang menyerupai cuacamu, dan kekurangan vitamin D yang serius, yang disebabkan gelapnya musim dinginmu. Kami mencintaimu dan sedih dengan kenyataan bahwa kami tak akan pernah terbiasa dengan kegelapan suram di musim dinginmu yang begitu panjang, karena inilah teman-teman Eropa kami, maksudku penduduk aslimu yang lahir di Utaramu yang dingin dari seorang ibu dan ayah Arya, menderita depresi seperti kami dan kekurangan vitamin D, karena, menurut teori evolusi, mereka juga adalah Homo Sapiens, yang berasal dari Afrika. Penghuni aslimu yang sebenarnya, maksudku Neanderthal yang berevolusi selama zaman es hingga mereka dapat menahan rasa dinginmu itu, sekarang telah punah.

Kami mencintaimu, Eropa, dan kami tak menyangkal bahwa kami datang kepadamu dari negara-negara dunia ketiga yang terbelakang, begitu, kau menyebutnya. Aku sendiri berasal dari Damaskus dan mengalami banyak klise, stereotip, dan prasangka dari penulis-penulis dan penyair-penyairmu. Terlepas dari kenyataan bahwa aku menganggap diriku sebagai seorang feminis, aku menjadi bosan dan muak dengan pertanyaan dangkal yang terus-menerus dilontarkan tentang situasi perempuan di Timur Tengah. Aku mengakui sepenuhnya bahwa perempuan di Suriah mendapat hak untuk memilih pada tahun 1949, tetapi di Swiss, pusat uang-uangmu dan uang dari kediktatoran kami dan rekening bank rahasia mereka, perempuan mendapat hak untuk memilih pada tahun 1971, dan tentu saja itu tak ada di semua kanton di Swiss: kanton Appenzell Innerrhoden hanya memberikan hak suara penuh kepada perempuan pada tahun 1991, ya Tuhan!

Kami mencintaimu, Eropa. Kami menyukai kebebasan yang kau berikan kepada kami ketika kami jatuh ke pelukanmu, dan kami berpura-pura tak memerhatikan rasisme yang coba kau sembunyikan di bawah karpet saat kau membersihkan ruang tamu.

Kami mencintaimu, Eropa, nyonya kolonialisme masa lalu, pembantai penduduk asli, pengisap darah orang-orang dari India sampai Kongo, dari Brazil hingga Selandia Baru.

Nyonya Penyelidik, pembakar perempuan dengan alasan bahwa mereka adalah penyihir, nyonya pedagang budak yang mengangkut orang kulit hitam ke dunia baru, pencipta politik apartheid di Afrika Selatan, pendiri fasisme dan Nazisme, penemu solusi terakhir untuk membinasakan orang Yahudi, solusi terakhir yang menyebabkanku terlahir sebagai pengungsi kamp Yarmouk di Damaskus karena kau memiliki keberanian untuk menyerahkan negaraku Palestina sebagai pembayaran, kompensasi, dan solusi untuk Holocaust yang dilakukan oleh penduduk kulit putihmu, yang percaya pada kemurnian ras Arya.

Kami mencintaimu, Eropa, dan membawa paspor-mu yang membukakan seribu pintu bagi kami, semudah peluru-mu merobek daging jutaan orang Algeria yang ingin menikmati kebebasan yang dielu-elukan Revolusi Prancis-mu.

Kami mencintaimu, Eropa. Kami mencintai seni-mu dan membenci sejarah kolonialisme-mu, mencintai teater-mu dan membenci kamp konsentrasi-mu, mencintai musik-mu dan membenci suara bom-mu, mencintai filsafat-mu dan membenci Martin Heidegger-mu, mencintai sastra-mu dan membenci orientalisme-mu, mencintai puisi-mu dan membenci Ezra Pound-mu, mencintai kebebasan berekspresi dalam batas-batas-mu sendiri dan membenci Islamofobia-mu, mencintai peradaban maju-mu, sekulerisme-mu, hukum-mu yang adil dan hak asasi manusia di wilayah-mu sendiri, dan membenci rasisme-mu, standar ganda-mu, pandangan arogan-mu, dan sejarah berdarah-mu.

Ambil Nazisme dan beri kami Immanuel Kant
Ambil Blackshirts dan beri kami anggur Italia
Ambil genosida di Algeria dan beri kami Baudelaire
Ambil Leopold the Second dan beri kami René Magritte
Ambil Adolf Hitler dan beri kami Hannah Arendt
Ambil Franco dan beri kami Cervantes
Ambil barang-barangmu dan biarkan kami mengambil apa-apa yang milik kami itu.

*****

Ghayath Almadhoun adalah seorang penyair Palestina yang lahir di Damaskus pada tahun 1979 dan berimigrasi ke Swedia pada tahun 2008. Saat ini, ia tinggal di antara Berlin dan Stockholm.

Sumber literatur:
Ghayath Almadhoun, Poetry in English:
https://www.ghayathalmadhoun.com/